Lebron James
Lebron James adalah Rookie of the Year pada tahun 2004, masuk tim terbaik kedua NBA (second team All-NBA) pada tahun 2005, dan MVP pada All Star Game 2006. Dia sudah mencetak 6000 poin di NBA beberapa bulan setalah ulang tahunnya yang ke-21.
Setelah berhasil masuk babak playoff pertama kali di tahun 2006, James dengan sangat impresif mencatat 32 poin, 11 rebound, dan 11 assist, triple double di debut playoff-nya, menyamai Magic Johnson (1980) dan Johny McCarthy (1960) sebagai pemain dalam sejarah yang berhasil melakukan triple double di penampilan pertamanya di babak playoff.
Dwayne Wade
Pada tahun 2004, Miami Heat kembali masuk playoff setelah dua tahun absen, dipimpin oleh guard rookie-nya. Dwayne Wade, di playoff pertamanya berhasil memasukkan tembakan saat waktu menyisakan 1,3 detik untuk mengantarkan Heat mengalahkan Hornets. Wade mencatat 21 poin pada debutnya, 15 di antaranya dilakukan pada paruh kedua. Meskipun Heat memenangkan seri tersebut setelah melakoni tujuh pertandingan melawan Hornet, Wade hanya mencatat rata-rata 15,4 poin dengan tingkat keberhasilan melakukan tembakan sebesar 42 persen.
Pada seri selanjutnya Wade mencatat rata-rata 21 poin dan 49 persen keberhasilan melakukan tembakan, tetapi harus mengakui keunggulan Indiana Pacers dalam enam pertandingan.
Tony Parker
Tony Parker masuk rookie pada tahun 2002, dan selama musim reguler mencatat rata-rata 9,2 poin di setiap 15 menit aksinya. Tetapi angka tersebut naik secara dramatis saat Spurs masuk playoff. Pada seri pertama, Spurs mengalahkan Seatle Supersonics (sekarang pindah Oklahoma Thunders) 3-2 (best of five). Pada pertandingan kelima, Parker berhasil mencatat 23 poin. Rata-rata poin yang berhasil dia raih adalah 17,2 pada seri pertamanya.
Namun angka tersebut tidak bisa dijadikan acuan untuk menilai performa Parker. Pada pertandingan tersebut, Parker berhadapan dengan Gary Payton. Payton adalah defender yang sangat hebat, terbukti dengan terpilih sembilan kali berturut-turut masuk tim bertahan terbaik NBA (All-Defensive Team). Parker hanya melakukan lima kali turnover dalam lima pertandingan melawan pemain yang dijuluki "The Glove" karena kehebatannya mencuri bola.
Pada seri kedua, Spurs harus mengakui keunggulan Lakers (yang berhasil menjadi juara NBA tiga tahun berturut-turut). Meskipun Tim Duncan mencatat 26,27,28,30, dan 34 poin pada lima pertandingan, Lakers tetap unggul 4-1. Pada seri ini, Parker mencicipi pertandingan besar pertamanya. Kobe Bryant mencatat 26,2 poin setiap pertandingan pada seri ini. Pada game ketiga, Parker berhasil mencatat 24 poin dan 5 assist, tetapi belum mampu mengalahkan 10 poin di kuarter terakhir oleh Kobe, termasuk saat pertandingan menyisakan waktu lima detik yang memenangkan Lakers. Parker mencatat rata-rata 13,8 poin dan 5,4 assist serta tingkat keberhasilan melakukan tembakan sebesar 41 persen dalam seri ini.
Tracy McGraddy
Seperti LeBron, McGraddy masuk NBA setelah lulus dari SMA. Seperti LeBron, dia juga membutuhkan tiga tahun sebelum bisa merasakan playoff pertamanya. Tetapi tidak seperti LeBron, McGraddy masih harus memulai pertandingan dari bangku cadangan untuk sebagian besar pertandingan Toronto Raptors tahun 2004, dia hanya menjadi starter dalam 34 pertandingan.
Raptors berhadapan dengan juara wilayah timur musim sebelumnya, New York Knicks, tim yang berhasil memenangkan 50 pertandingan pada musim reguler. Mereka mempunyai Allan Houston,
Latrell Sprewell, Patrick Ewing, Larry Johnson, dan Marcus Camby. Sedangkan Toronto hanya mempunyai satu bintang yang setara dengan mereka, yaitu Vince Carter.
Meskipun Knicks berhasil menyapu bersih seri pertama ini dalam tiga game, namun ketiga game tersebut berlangsung sangat ketat. Carter hanya memasukkan 30 persen tembakannya (15 dari 50) pada pertandingan pertama, dan enam poin di bawah rata-rata musim regulernya.
McGraddy mencatat 25 poin di pertandingan pertamanya, saat Raptors kalah 88-92. McGraddy kemudian mulai bermain seperti seorang superstar. Pada pertandingan kedua, Knicks menang 84-83 setelah melalui pertandingan yang seru, tercatat 22 kali terjadi salip-menyalip skor.
McGraddy membukukan rata-rata 16,7 poin per game pada seri ini, dan para pengamat berpendapat bahwa jika Toronto memulai serangannya dari McGaddy, dan bukannya Carter, maka Toronto bisa menang.
Allen Iverson
Iverson baru merasakan playoff setelah berkiprah selama tiga tahun di NBA. Saat itu, 1999, usianya 23 tahun dan Sixers menghadapi Orlando Magic di seri pertama. Sixers berhasil menyingkirkan Magic 3-1.
Pada kedudukan 1-1, pertandingan selanjutnya diadakan di Philadelphia. Iverson membuat sejarah NBA dengan 10 steal-nya, rekor yang sampai sekarang belum terpecahkan. A.I. memasukkan 30 poin di tiga dari empat pertandingan, dan memimpin perolehan poin pemain Sixers di semua pertandingan.
Dia menjadi pemain Sixers pertama yang berhasil mencetak 30 poin pada babak playoff setelah Andrew Toney melakukannya saat Sixers melawan Boston Celtics di Final Wilayah Timur (Eastern Conference Finals) di tahun 1982.
Meskipun Sixers disapu bersih 4-0 pada seri kedua, Iverson telah menunjukkan bakat yang sangat cemerlang (rata-rata 28,5 poin dalam 8 pertandingan).
Kobe Bryant
Kobe Bryant masih berumur 18 tahun ketika dia tampil di playoff pertamanya, 1997. Kobe bersaing dengan guard senior Lakers lainnya seperti Eddie Jones, Nick van Exel, dan Byron Scott. Playoff pertama Kobe adalah berhadapan dengan Portland Trail Blazers. Lakers memenangi seri tersebut dengan skor 3-1.
Setelah itu, Lakers kalah dari Utah Jazz dengan skor 4-1. Pada pertandingan terakhir, Shaquille O'neal terkena foul out saat pertandingan menyisakan waktu 1 menit 47 detik. Guard legendaris Utah Jazz, John Stockton memasukkan layup saat waktu tersisa 39 detik untuk menyamakan kedudukan 89-89. Kobe gagal lepas dari kawalan Bryon Russel dan hanya melakukan shooting airball sesaat sebelum buzzer dibunyikan. Jika tembakan itu masuk, maka Lakers masih berpeluang untuk maju ke seri selanjutnya.
Justru di babak overtime, legendaris Utah Jazz lainnya, Karl Malone (32 poin dan 20 rebound), mendominasi pertandingan dan Utah mampu mengalahkan Lakers.
Scottie Pippen
Musim rookie Pippen adalah 1988, dia mendapatkan menit bermain yang lebih sedikit dibandingkan kolega rookie-nya, Horace Grant. Playoff pertama Pippen adalah menghadapi Cleveland Cavaliers. Pelatih Chicago, Doug Collins, mengganti komposi squad intinya dengan memasukkan Pippen sebelum pertandingan kelima yang menentukan. Saat itu Pippen menggantikan pemain veteran Brad Sellars. Pippen berhasil mencetak 24 poin (10 di antaranya dilakukan pada kuarter ketiga), ditambah dengan 6 rebound, 5 assist, dan 3 steal. Dia bermain selam 39 menit dan meraih kemenangan 107-1-1.
Michael Jordan
Chicago Bulls mendapatkan Jordan pada urutan ketiga draft tahun 1984, sejak tahun pertamanya di NBA dia tidak pernah mengecewakan penggemarnya. Bulls selalu gagal mencapai babak playoff di tiga musim sebelumnya, hanya memenangkan 28 dan 27 pertandingan sebelum Jordan bergabung.
Pada tahun 1985, Bulls memenangkan 38 pertandingan yang mengantarkan mereka masuk ke babak playoff berhadapan dengan Milwaukee Bucks. Bucks berhasil memenangkan dua pertandingan pertama di Milwaukee. Tapi saat pertandingan ketiga, Jordan berhasil mencetak 35 poin dan Bulls berhasil mengakhiri puasa kemenangan di babak playoff selama empat tahun, dengan skor 109-107. Kemenangan ini adalah yang pertama bagi Bulls di bawah manajemen Jerry Reinsdorf.
Rata-rata poin Jordan di musim rookie-nya adalah 28,2 pada musim reguler, dan 29,3 pada babak playoff, ditambah dengan 5,8 rebound dan 8,5 assist di setiap pertandingan. Pelatihnya sangat bergantung pada Jordan, terbukti dengan rata-rata waktu dia bermain setiap pertandingan yang mencapai 43 menit.
Larry Bird
"Larry Legend", bergabung dengan Boston Celtics sebagai rookie dengan bayaran paling mahal (3,25 juta dolar untuk lima tahun) pada tahun 1980 dan mengangkat tim dengan 29 kemenangan pada musim sebelumnya menjadi 61 kemenangan. Playoff pertama Bird adalah melawan Houston Rockets, tim yang selalu kalah menghadapi Celtics sepanjang musim reguler. Boston berhasil menyapu bersih Houston Rockets dalam empat pertandingan.
Pada seri kedua, Boston berhadapan dengan rival terberatnya, Philadelphia. Dua game pertama berlangsung di Boston. Setelah Celtics di pertandingan pembuka, Bird mencetak 36 poin dan 14 rebound untuk membantu Boston menyamakan kedudukan. Sayangnya, Sixers berhasil merebut tiga pertandingan selanjutnya.
Magic Johnson
"The Magic Man" mempunyai karier basket yang paling cemerlang. Tahun pertama dilaluinya dengan sangat gemilang, mungkin yang terbaik sepanjang sejarah. Musim rookie-nya diawali dengan cara yang unik, karena dia harus ditinggal pelatihnya, Jack McKinney, yang mengalami cedera yang dapat membahayakan nyawanya karena jatuh dari sepeda saat Magic baru menjalani 13 pertandingan di Lakers.
Statistik permainannya di musim reguler cukup menakjubkan dengan 18.0 poin, 7,7 rebound, dan 7,3 assist di setiap pertandingan. Di babak playoff, dia lebih menggila. Lakers mengalahkan Phoenix Suns 4-1, kemudian ganti Sonics dikalahkan dengan skor yang sama.
Di final, Lakers berjumpa Philadelphia 76ers. Lakers berhasil menjadi juara pada pertandingan keenam yang dilakukan di kandang Philadelphia, saat Magic mencetak 42 poin, 15 rebound, dan 7 assist. Hebatnya lagi, dia bermain di semua posisi! Dia terpilih sebagai Finals MVP, satu-satunya rookie yang bisa mendapatkan penghargaan tersebut. Bahkan Lakers memenangkan pertandingan terakhir tanpa diperkuat bintangnya, Kareem Abdul-Jabbar, yang tengah cidera. Di playoff pertamanya, dia mencatat 18,3 poin, 10,5 rebound, dan 9,4 assist di 16 pertandingan.
Oscar Robertson
Butuh dua musim, 1962, untuk Oscar Robertson merasakan playoff NBA. Pemain berjuluk "Big O" ini mencatat rata-rata 30,8 poin, 12,5 rebound, dan 11,4 assist tiap pertandingan. Dia membukukan 45 triple double di musim reguler.
Di playoff, timnya, Cincinnati Royals kalah dari Detroit Pistons 37-45. Royals, didukung 1,825 suporter fanatiknya di Cincinnati Gardens berhasil merebut pertandingan kedua. Namun Piston berhak lolos ke seri selanjutnya setelah memenangkan dua pertandingan sisa.
Oscar Robertson mencatat 28,8 poin, 11 rebound, dan 11 assist di empat penampilannya. Oscar juga total mencetak 115 poin dari 81 tembakan saja. Musim berikutnya, Royals pindah ke wilayah timur (bersama Boston Celtics), dan itu menjadi awal keterpurukan Oscar. Oscar hanya bermain 39 kali di pertandingan playoff selama berkarier 10 tahun pertamanya di NBA. Dia memainkan pertandingan playoff ke-47 di empat tahun terakhirnya bersama Milwaukee Bucks (menjadi juara NBA di musimnya yang kesebelas). Di pertandingan final NBA terakhirnya, dia gagal memasukkan 11 dari 13 tembakan yang dia lakukan di pertandingan ketujuh final NBA tahun 1974.